Touring sebagai sarana ujian para Bikers
11 tahun anniversary sog Indonesia
Dikalangan Bikers touring jadi salah satu pelatihan ampuh bagi mental,daya tahan,motor dan proses ampuh untuk menguji rasa kesetiakawan serta persaudaraan,hal itu yang dilakukan Bro Petir Prospek SOG jaksel yang akan dilantik di acrara 11 thn anniversary SOG Indonesia.
“Touring merupakan ujian bagi calon anggota SOG untuk menunjukkan rasa persaudaraan selama dalam perjalannya,bagi mereka bukan hal yang mudah melintasi medan dengan mengendarai motor tua jenis vespa”buka bro petir
Maklum motor jadul ,bongkar mesin atau perlengkapan lainnya jadi mengasikan saat para bikers melakukan touring kesulitan mencari komponen untuk mengganti spart parts rusak hingga turun mesin di tengah perjalanan hingga terpaksa turun mesin kadang jadi menu wajib yang harus diseleasikan demi menghadiri ulang tahun saudara-saudara mereka di 11 thn Anniversary SOG Indonesia …semoga tetep Hareudang !!! ……..salam kik
28 Mei 2009
Centro - vesparty #3
VESPARTY # 3
Centro The Club jakarta
Scooter Owners Group Indonesia
Ikatan Vespa Indonesia
PRESENT :
(SKA, HIPHOP, MUSH UP, URBAN ECLECTIC, ELECTRO & REGGAE)
Tuesday, 9 JUNE 2009, Centro The Club Jakarta, 09.00 pm - finish
SPECIAL perform by:
D'VIBRATION (Reggae Republic)
PUBROCKER
STYLEE (Warriors)
The D (Party People)
Mc by: DARXTAR (INDODANCEMUSIC/Golden Fish)
Host by : STEVEN n COCONUT TREEZ
Free of charge For Vespa Club Member
For LIMITED INVITATION and Guest List
Please call:
Aciel S.O.G : 0819 05252522 / 021 9222 0120
Iwan Nizwan (I.V.I) : 0813 8261 5599 / 021 91691 378
Roni (CHUBBY) :021-94404879
Centro The Club Jakarta |B1 – G| Jl. Darmawangsa IX, Jakarta Selatan (Next To Darmawangsa Square)
Jakarta, Indonesia
21 Mei 2009
Model Vespa taun 40's - 50's
Mode Vespa taun 40's - 50's
Sebenarnya saya pribadi tidak terlalu tahu atau bahkan tidak tahu sama sekali tentang Vespa keluaran tahun lawas. Iseng-iseng browsing, saya menemukan beberapa data dan informasi. Saya sadur dari berbagai sumber, berikut informasi yang saya dapatkan, semoga berguna dan jika salah mohon diluruskan, jika kurang mohon ditambahkan. Otreh my bro…Save our Vespa…KICK!
Vespa 98 / 1946-1947
Tahun :1946 / 1947
VIN :V98
Nomor :01 / 18079
Produksi :18079 unit
Fork depan masih mengadopsi roda pesawat terbang dan berada di sebelah kiri ban depan (sekarang di sebelah kanan ban). Dengan kapasitas mesin 98 cc maksimal kecepatan hanya 75 km/jam, konsumsi bahan bakar 3 : 100 atau 3 liter buat 100 km, irit kan? Vespa 98 ini di produksi tahun 1946, sebagai cikal bakal model Vespa yang melegenda hingga sekarang. Pertama beredar, V98 sangat diminati oleh masyarakat karena harganya yang murah serta keamanan dan kenyamanannya. Di tahun berikutnya (1947) V98 di produksi dengan jumlah unit yang sama (18079 unit), dan hasilnya laris manis di pasaran.
Vespa 125 - 1948
Tahun :1948 / 1950
VIN :V1T - V15T
Nomor : 01 / 104096
Produksi : 104096 unit
Vespa 125 ini dibuat berdasarkan pendahulunya V98, yang terlihat berbeda adalah kapasitas mesin yang lebih besar yaitu 125 cc dan shock depan berada di sebelah kanan. Bentuk body, stang dan head lamp masih mirip dengan V98. Melihat antusiasme masyarakat yang besar pada Vespa, V125 diproduksi hingga 104096 unit selama periode 1948 hingga 1950..
Vespa 125 Hoffmann - 1950
Vespa Hoffmann diproduksi antara tahu 1950 - 1954 di Jerman. Ini semua diawali saat pada tahu 1949, Piaggio setuju memberikan lisensi kepada Hoffmann untuk memproduksi dan memperdagangkan. Vespa 125 Hoffmann tidak hanya di perdagangkan di Jerman saja, tapi juga di Inggris dan Perancis. D Inggris di kenal dengan nama Vespa Douglass karena perjualannya di bawah lisensi Douglass dan di Perancis di bawah lisensi PACMA.
Sebenarnya saya pribadi tidak terlalu tahu atau bahkan tidak tahu sama sekali tentang Vespa keluaran tahun lawas. Iseng-iseng browsing, saya menemukan beberapa data dan informasi. Saya sadur dari berbagai sumber, berikut informasi yang saya dapatkan, semoga berguna dan jika salah mohon diluruskan, jika kurang mohon ditambahkan. Otreh my bro…Save our Vespa…KICK!
Vespa 98 / 1946-1947
Tahun :1946 / 1947
VIN :V98
Nomor :01 / 18079
Produksi :18079 unit
Fork depan masih mengadopsi roda pesawat terbang dan berada di sebelah kiri ban depan (sekarang di sebelah kanan ban). Dengan kapasitas mesin 98 cc maksimal kecepatan hanya 75 km/jam, konsumsi bahan bakar 3 : 100 atau 3 liter buat 100 km, irit kan? Vespa 98 ini di produksi tahun 1946, sebagai cikal bakal model Vespa yang melegenda hingga sekarang. Pertama beredar, V98 sangat diminati oleh masyarakat karena harganya yang murah serta keamanan dan kenyamanannya. Di tahun berikutnya (1947) V98 di produksi dengan jumlah unit yang sama (18079 unit), dan hasilnya laris manis di pasaran.
Vespa 125 - 1948
Tahun :1948 / 1950
VIN :V1T - V15T
Nomor : 01 / 104096
Produksi : 104096 unit
Vespa 125 ini dibuat berdasarkan pendahulunya V98, yang terlihat berbeda adalah kapasitas mesin yang lebih besar yaitu 125 cc dan shock depan berada di sebelah kanan. Bentuk body, stang dan head lamp masih mirip dengan V98. Melihat antusiasme masyarakat yang besar pada Vespa, V125 diproduksi hingga 104096 unit selama periode 1948 hingga 1950..
Vespa 125 Hoffmann - 1950
Vespa Hoffmann diproduksi antara tahu 1950 - 1954 di Jerman. Ini semua diawali saat pada tahu 1949, Piaggio setuju memberikan lisensi kepada Hoffmann untuk memproduksi dan memperdagangkan. Vespa 125 Hoffmann tidak hanya di perdagangkan di Jerman saja, tapi juga di Inggris dan Perancis. D Inggris di kenal dengan nama Vespa Douglass karena perjualannya di bawah lisensi Douglass dan di Perancis di bawah lisensi PACMA.
Vespa Gembel .. kenapa enggak ....
Perlawanan Vespa Gembel ( rat scooter )
Bagaimanakah cara kaum jelata mengekspresikan diri? Barangkali Anda bisa melihatnya di komunitas penggemar vespa gembel. Kalau kebanyakan orang suka pamer kemewahan, mereka justru pamer kegembelan. Inilah antitesis dari parade kemewahan di sekitar kita.
Komunitas ini mudah dikenali. Mereka umumnya mengendarai vespa rombeng tahun 1970-an atau 1980-an yang dimodifikasi sesuka hati hingga bentuknya aneh-aneh. Ada yang mengganti setang vespanya dengan setang tinggi menjulang. Mereka menyebut model ini sebagai vespa setang monyet karena pengendaranya akan terlihat seperti monyet yang sedang menggelayut di batang pohon.
Ada yang menambahi gerobak di samping vespanya. Ada pula yang menceperkan dan memanjangkan badan vespa hingga bermeter-meter. Yang begini mereka sebut vespa long.
Ciri lain, vespa model begini dekilnya minta ampun. Maklum, penggemarnya sengaja tidak mencucinya berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. Tampilan vespa kian kumuh karena penggemarnya kerap menempelkan aneka ”sampah” di vespa mereka, mulai dari karung goni, gombal, drum bekas, galon air, sandal jepit, CD, selongsong mortir, botol infus, tengkorak sapi, hingga (maaf) celana dalam.
”Pokoknya makin gembel makin keren. Itu berarti vespanya sering dipakai untuk keliling daerah,” ujar Muhammad Syahrul Permana alias Yayung (21), anggota Maskot, sebuah klub vespa di Pamulang, Tangerang, Banten.
Dia memiliki sebuah vespa yang dimodifikasi hingga panjangnya mencapai 5,6 meter. Saking panjangnya, kalau mau belok di tikungan tajam, vespa yang dibalut karung goni itu harus digotong beramai-ramai.
Tidak hanya rupa vespanya, tampilan sebagian penunggangnya pun sama acak-acakannya. Lihatlah Abi alias Brekele (22), anggota Banten Independent Touring Scooter (BITS). Rambutnya kribo tak karuan seperti sayuran brokoli. Tengok juga Arief (23) dari Scooter Tanpa Nama (STN) Ciledug atau Kimoy dari Maskot yang berambut gimbal dan berpakaian lusuh.
Kebebasan ...
Mengapa mereka mau menggembel-gembelkan diri? Ternyata ini ada kaitannya dengan faham kebebasan yang mereka anut. Mereka ingin merombak pandangan orang yang sering menilai orang lain dari penampilan luarnya.
”Kami ingin buktikan bahwa orang yang berpenampilan gembel hatinya belum tentu jahat,” tutur Yoyok, anggota BITS. Yoyok tahu persis bagaimana sakitnya disepelekan hanya karena penampilannya. Ketika kuliah dulu, dia kerap ditolak orangtua pacarnya karena rambutnya gondrong, suka memakai jaket belel, dan celana yang sobek di sana-sini.
Dengan vespa gembel, komunitas ini bisa dengan bebas mengekspresikan diri. ”Kalau orang kaya bisa pamer kemewahan, kita bisa pamer kegembelan,” ujar Aditiya Lukmansyah alias Ableh (24), Ketua Maskot, sambil tersenyum.
Dia mengaku senang sekali jika sedang tur berpapasan dengan rombongan penggemar motor mewah. ”Ternyata orang di pinggir jalan lebih banyak yang ngeliatin kita daripada ngeliatin kelompok motor mewah. Kalau enggak pake vespa gembel, mana ada yang mau memerhatikan kita,” ujar Ableh.
Kebanyakan penggemar vespa gembel memang berasal dari kelompok menengah ke bawah. Mereka umumnya pengangguran, mahasiswa, atau buruh serabutan. Meski ada pula yang berprofesi sebagai seniman, guru, atau pemilik bengkel.
Di dunia nyata, kelas ini sering kali dipandang sebelah mata. Mereka kerap diabaikan dan dipinggirkan. Nah, lewat vespa gembel mereka menciptakan ruang ekspresi sendiri lantas merebut perhatian orang lain.
Lewat kegembelannya, mereka menyelipkan semacam semangat demokrasi di jalanan. Bagi mereka, jalanan yang sering digunakan orang-orang kaya untuk memamerkan mobil dan motor mewah, juga harus bisa menjadi ruang bagi rakyat jelata berkantong cekak.
Lantas bagaimana kita memandang komunitas semacam ini? Ketika kita melihat komunitas ini, sebenarnya kita sedang melihat sebentuk perlawanan rakyat jelata kepada pihak-pihak berkuasa yang gemar memuja kemewahan. Kegembelan mereka adalah antitesis dari parade kemewahan di sekitar kita.
Tidak heran, jika komunitas ini tumbuh subur di hampir semua daerah pinggir kota, seperti Ciledug, Pamulang, Bekasi, Depok, Subang, Lampung, dan Turen (Malang). Mereka menandai keberadaannya antara lain lewat kegiatan nongkrong setiap minggu.
Komunitas vespa di kawasan Ciputat dan Pamulang biasanya nongkrong di seberang Hero Pamulang tiap malam minggu dan di depan kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah tiap Rabu malam. Komunitas vespa Ciledug biasa nongkrong di depan perumahan Puri Beta dan Alfa Bintaro tiap malam minggu.
Mereka membentuk jejaring yang kuat hingga ke kota-kota lain di luar Pulau Jawa. Mereka saling mengunjungi, saling membantu, bahkan saling mendoakan.
Ada semacam aturan tidak tertulis bahwa sebuah klub harus menjamu anggota klub dari kota lain yang mampir ke markas mereka. Mereka menyediakan makanan, tempat menginap sekadarnya, bahkan kadang menyumbang uang bensin.
Tamu-tamu itu sering kali tidak hanya menginap satu-dua hari, tetapi berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan ada yang menetap hingga satu tahun. Dari sini, persaudaraan antarkomunitas vespa gembel terbentuk dan berkembang luas
Bagaimanakah cara kaum jelata mengekspresikan diri? Barangkali Anda bisa melihatnya di komunitas penggemar vespa gembel. Kalau kebanyakan orang suka pamer kemewahan, mereka justru pamer kegembelan. Inilah antitesis dari parade kemewahan di sekitar kita.
Komunitas ini mudah dikenali. Mereka umumnya mengendarai vespa rombeng tahun 1970-an atau 1980-an yang dimodifikasi sesuka hati hingga bentuknya aneh-aneh. Ada yang mengganti setang vespanya dengan setang tinggi menjulang. Mereka menyebut model ini sebagai vespa setang monyet karena pengendaranya akan terlihat seperti monyet yang sedang menggelayut di batang pohon.
Ada yang menambahi gerobak di samping vespanya. Ada pula yang menceperkan dan memanjangkan badan vespa hingga bermeter-meter. Yang begini mereka sebut vespa long.
Ciri lain, vespa model begini dekilnya minta ampun. Maklum, penggemarnya sengaja tidak mencucinya berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. Tampilan vespa kian kumuh karena penggemarnya kerap menempelkan aneka ”sampah” di vespa mereka, mulai dari karung goni, gombal, drum bekas, galon air, sandal jepit, CD, selongsong mortir, botol infus, tengkorak sapi, hingga (maaf) celana dalam.
”Pokoknya makin gembel makin keren. Itu berarti vespanya sering dipakai untuk keliling daerah,” ujar Muhammad Syahrul Permana alias Yayung (21), anggota Maskot, sebuah klub vespa di Pamulang, Tangerang, Banten.
Dia memiliki sebuah vespa yang dimodifikasi hingga panjangnya mencapai 5,6 meter. Saking panjangnya, kalau mau belok di tikungan tajam, vespa yang dibalut karung goni itu harus digotong beramai-ramai.
Tidak hanya rupa vespanya, tampilan sebagian penunggangnya pun sama acak-acakannya. Lihatlah Abi alias Brekele (22), anggota Banten Independent Touring Scooter (BITS). Rambutnya kribo tak karuan seperti sayuran brokoli. Tengok juga Arief (23) dari Scooter Tanpa Nama (STN) Ciledug atau Kimoy dari Maskot yang berambut gimbal dan berpakaian lusuh.
Kebebasan ...
Mengapa mereka mau menggembel-gembelkan diri? Ternyata ini ada kaitannya dengan faham kebebasan yang mereka anut. Mereka ingin merombak pandangan orang yang sering menilai orang lain dari penampilan luarnya.
”Kami ingin buktikan bahwa orang yang berpenampilan gembel hatinya belum tentu jahat,” tutur Yoyok, anggota BITS. Yoyok tahu persis bagaimana sakitnya disepelekan hanya karena penampilannya. Ketika kuliah dulu, dia kerap ditolak orangtua pacarnya karena rambutnya gondrong, suka memakai jaket belel, dan celana yang sobek di sana-sini.
Dengan vespa gembel, komunitas ini bisa dengan bebas mengekspresikan diri. ”Kalau orang kaya bisa pamer kemewahan, kita bisa pamer kegembelan,” ujar Aditiya Lukmansyah alias Ableh (24), Ketua Maskot, sambil tersenyum.
Dia mengaku senang sekali jika sedang tur berpapasan dengan rombongan penggemar motor mewah. ”Ternyata orang di pinggir jalan lebih banyak yang ngeliatin kita daripada ngeliatin kelompok motor mewah. Kalau enggak pake vespa gembel, mana ada yang mau memerhatikan kita,” ujar Ableh.
Kebanyakan penggemar vespa gembel memang berasal dari kelompok menengah ke bawah. Mereka umumnya pengangguran, mahasiswa, atau buruh serabutan. Meski ada pula yang berprofesi sebagai seniman, guru, atau pemilik bengkel.
Di dunia nyata, kelas ini sering kali dipandang sebelah mata. Mereka kerap diabaikan dan dipinggirkan. Nah, lewat vespa gembel mereka menciptakan ruang ekspresi sendiri lantas merebut perhatian orang lain.
Lewat kegembelannya, mereka menyelipkan semacam semangat demokrasi di jalanan. Bagi mereka, jalanan yang sering digunakan orang-orang kaya untuk memamerkan mobil dan motor mewah, juga harus bisa menjadi ruang bagi rakyat jelata berkantong cekak.
Lantas bagaimana kita memandang komunitas semacam ini? Ketika kita melihat komunitas ini, sebenarnya kita sedang melihat sebentuk perlawanan rakyat jelata kepada pihak-pihak berkuasa yang gemar memuja kemewahan. Kegembelan mereka adalah antitesis dari parade kemewahan di sekitar kita.
Tidak heran, jika komunitas ini tumbuh subur di hampir semua daerah pinggir kota, seperti Ciledug, Pamulang, Bekasi, Depok, Subang, Lampung, dan Turen (Malang). Mereka menandai keberadaannya antara lain lewat kegiatan nongkrong setiap minggu.
Komunitas vespa di kawasan Ciputat dan Pamulang biasanya nongkrong di seberang Hero Pamulang tiap malam minggu dan di depan kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah tiap Rabu malam. Komunitas vespa Ciledug biasa nongkrong di depan perumahan Puri Beta dan Alfa Bintaro tiap malam minggu.
Mereka membentuk jejaring yang kuat hingga ke kota-kota lain di luar Pulau Jawa. Mereka saling mengunjungi, saling membantu, bahkan saling mendoakan.
Ada semacam aturan tidak tertulis bahwa sebuah klub harus menjamu anggota klub dari kota lain yang mampir ke markas mereka. Mereka menyediakan makanan, tempat menginap sekadarnya, bahkan kadang menyumbang uang bensin.
Tamu-tamu itu sering kali tidak hanya menginap satu-dua hari, tetapi berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan ada yang menetap hingga satu tahun. Dari sini, persaudaraan antarkomunitas vespa gembel terbentuk dan berkembang luas
7 Mei 2009
Biang keributaN bukanlah Supporter, tapi WASIT !!!
Thursday, 30 April 2009
Image Kekhawatiran seperti yang dikumandangkan POLRI bahwa supporter sepakbola adalah biang kerusuhan sangat bertolak belakang. ingin bukti?
Pertandingan Indonesia Super League (ISL) 2009 antara Arema VS Persija di stadion Kanjuruhan Malang (26/3) kemarin berlangsung panas, selain karena kedua klub adalah klub besar di tanah air tetapi juga karena nuansa rivalitas yang cukup kental. Puluhan ribu Aremania memadati stadion, begitupun dengan ratusan Jakmania yang hadir di kota Malang. Saya sendiri menjadi yang kurang beruntung, karena tak bisa menyaksikan langsung partai ini.
ujur sejak awal saya sudah sedikit khawatir begitu mengetahui bahwa wasit yang akan memimpin pertandingan Arema VS Persija ini adalah Viator Ambariita yang berasal dari Bandung, kenapa?semua Jakmania dan sebagian penikmat bola negeri ini pun paham bahwa rivalitas antara Jakarta dan Bandung sedemikian peliknya. Kekhawatiran yang memang selama 90 menit pertandingan ssedikit demi sedikit terbukti.
Dalam catatan saya ada beberapa keputusan wasit yang amat mempengaruhi jalannya pertandingan dan bahkan sangat kontroversial, berikut beberapa diantaranya :
1. Dimulai dari kartu kuning kedua (kartu merah) untuk Pierre Njanka di menit ke 16 babak ke 1. Kenapa kontroversial?karena sebelum wasit meniupkan peluit tanda Njanka melakukan pelanggaran terhadap pemain Arema sejujurnya disitu telah terjadi pelanggaran terlebih dahulu oleh pemain Arema, yaitu Handsball yang dilakukan oleh pemain Arema ketika berebut bola dengan Njanka. Disini wasit mencoba untuk tegas, tapi jujur terlalu ternburu-buru dan tidak pada tempatnya.
2. Handsball oleh pemain Arema di kotak pinalti Arema yang seharusnya menjadi pinalti untuk Persija, hanya dihadiahkan tendangan bebas untuk Persija. Kenapa wasit tak menanyakan kepada hakim garis terlebih dulu?
3. Dari beberapa kejadian dalam pertandingan ini tentunya kita sepakat yang paling aneh bin controversial adalah disahkanya gol kedua Arema yang dicetak oleh Brown. Baru kali ini saya melihat sosok pelatih Persija Danurwindo emosi dan marah, mungkin baru kali ini Om Danur protes ke wasit. Wajar karena memang insiden ini berawal dari cideranya Ponaryo yang membuat bola dibuang dan pertandingan terhenti, masalah muncul manakala bola yang memang harusnya menjadi bola Fair Play untuk Persija ternyata “dimanfaatkan” secara lick oleh Brown. Bola fair play itu seharusnya baru play on lagi ketika pemain lawan sudah memegang kembali bola. Tapi dalam kasus ini setelah lemparan kedalam, pemain Persija belum sedikitpun memegang bola.
4. Kartu merah kedua dalam pertandingan ini untuk Greg Nwokolo memang sangat tidak jelas bagi saya untuk menilai, karena saya hanya meyaksikan melalui televise, penasaran sayapun mencoba menghubungi beberapa rekan yang menyaksikan langsung di stadion Kanjuruhan, tapi mereka pun bilang bahwa kartu merah itu tidak jelas. Saya semakin yakin bahwa ini anaeh, manakala di layar TV melihat ekspresi dari Greg yang seolah bingung tentang apa yang dilakukan olehnya sehingga kartu merah itu keluar dari saku wasit sesaat ketika Persija menyamakan kedudukan 2-2 oleh Fabio Lopes.
Persija sudah punya jiwa ksatria dengan tidak Walk Out (WO), tapi akankah PSSI diam saja dengan “kelakuan” wasit seperti ini ? jika ingin membentuk SDM yang professional dan berkualitas seperti yang dicanangkan PSSI beberapa hari yang lalu, tentunya anda tidak akan diam kan?
Salut untuk seluruh punggawa tim Persija yang tetap dengan jiwa ksatria memutuskan untuk melanjutkan pertandingan meskipun “gila-gilaan”dikerjai wasitnya. Tim lain yang dikerjai oleh wasit seperti itu belum tentu memiliki jiwa ksatria yang lebih banyak memilih WO (Walk Out) dari pertandingan, sekali lagi saya salut untuk Persija. Salut juga untuk kedua kelompok supporter (Aremania-Jakmania) yang tetap tenang dan saling menghormati menyikapi jalannya pertandingan. Semoga kita mempertahankan kalau kita (Arema-Jakmania) adalah brotherhood selamanya.
Image Kekhawatiran seperti yang dikumandangkan POLRI bahwa supporter sepakbola adalah biang kerusuhan sangat bertolak belakang. ingin bukti?
Pertandingan Indonesia Super League (ISL) 2009 antara Arema VS Persija di stadion Kanjuruhan Malang (26/3) kemarin berlangsung panas, selain karena kedua klub adalah klub besar di tanah air tetapi juga karena nuansa rivalitas yang cukup kental. Puluhan ribu Aremania memadati stadion, begitupun dengan ratusan Jakmania yang hadir di kota Malang. Saya sendiri menjadi yang kurang beruntung, karena tak bisa menyaksikan langsung partai ini.
ujur sejak awal saya sudah sedikit khawatir begitu mengetahui bahwa wasit yang akan memimpin pertandingan Arema VS Persija ini adalah Viator Ambariita yang berasal dari Bandung, kenapa?semua Jakmania dan sebagian penikmat bola negeri ini pun paham bahwa rivalitas antara Jakarta dan Bandung sedemikian peliknya. Kekhawatiran yang memang selama 90 menit pertandingan ssedikit demi sedikit terbukti.
Dalam catatan saya ada beberapa keputusan wasit yang amat mempengaruhi jalannya pertandingan dan bahkan sangat kontroversial, berikut beberapa diantaranya :
1. Dimulai dari kartu kuning kedua (kartu merah) untuk Pierre Njanka di menit ke 16 babak ke 1. Kenapa kontroversial?karena sebelum wasit meniupkan peluit tanda Njanka melakukan pelanggaran terhadap pemain Arema sejujurnya disitu telah terjadi pelanggaran terlebih dahulu oleh pemain Arema, yaitu Handsball yang dilakukan oleh pemain Arema ketika berebut bola dengan Njanka. Disini wasit mencoba untuk tegas, tapi jujur terlalu ternburu-buru dan tidak pada tempatnya.
2. Handsball oleh pemain Arema di kotak pinalti Arema yang seharusnya menjadi pinalti untuk Persija, hanya dihadiahkan tendangan bebas untuk Persija. Kenapa wasit tak menanyakan kepada hakim garis terlebih dulu?
3. Dari beberapa kejadian dalam pertandingan ini tentunya kita sepakat yang paling aneh bin controversial adalah disahkanya gol kedua Arema yang dicetak oleh Brown. Baru kali ini saya melihat sosok pelatih Persija Danurwindo emosi dan marah, mungkin baru kali ini Om Danur protes ke wasit. Wajar karena memang insiden ini berawal dari cideranya Ponaryo yang membuat bola dibuang dan pertandingan terhenti, masalah muncul manakala bola yang memang harusnya menjadi bola Fair Play untuk Persija ternyata “dimanfaatkan” secara lick oleh Brown. Bola fair play itu seharusnya baru play on lagi ketika pemain lawan sudah memegang kembali bola. Tapi dalam kasus ini setelah lemparan kedalam, pemain Persija belum sedikitpun memegang bola.
4. Kartu merah kedua dalam pertandingan ini untuk Greg Nwokolo memang sangat tidak jelas bagi saya untuk menilai, karena saya hanya meyaksikan melalui televise, penasaran sayapun mencoba menghubungi beberapa rekan yang menyaksikan langsung di stadion Kanjuruhan, tapi mereka pun bilang bahwa kartu merah itu tidak jelas. Saya semakin yakin bahwa ini anaeh, manakala di layar TV melihat ekspresi dari Greg yang seolah bingung tentang apa yang dilakukan olehnya sehingga kartu merah itu keluar dari saku wasit sesaat ketika Persija menyamakan kedudukan 2-2 oleh Fabio Lopes.
Persija sudah punya jiwa ksatria dengan tidak Walk Out (WO), tapi akankah PSSI diam saja dengan “kelakuan” wasit seperti ini ? jika ingin membentuk SDM yang professional dan berkualitas seperti yang dicanangkan PSSI beberapa hari yang lalu, tentunya anda tidak akan diam kan?
Salut untuk seluruh punggawa tim Persija yang tetap dengan jiwa ksatria memutuskan untuk melanjutkan pertandingan meskipun “gila-gilaan”dikerjai wasitnya. Tim lain yang dikerjai oleh wasit seperti itu belum tentu memiliki jiwa ksatria yang lebih banyak memilih WO (Walk Out) dari pertandingan, sekali lagi saya salut untuk Persija. Salut juga untuk kedua kelompok supporter (Aremania-Jakmania) yang tetap tenang dan saling menghormati menyikapi jalannya pertandingan. Semoga kita mempertahankan kalau kita (Arema-Jakmania) adalah brotherhood selamanya.
Langganan:
Postingan (Atom)