7 Mei 2009

Biang keributaN bukanlah Supporter, tapi WASIT !!!

Thursday, 30 April 2009
logo Jak mania
Image Kekhawatiran seperti yang dikumandangkan POLRI bahwa supporter sepakbola adalah biang kerusuhan sangat bertolak belakang. ingin bukti?

Pertandingan Indonesia Super League (ISL) 2009 antara Arema VS Persija di stadion Kanjuruhan Malang (26/3) kemarin berlangsung panas, selain karena kedua klub adalah klub besar di tanah air tetapi juga karena nuansa rivalitas yang cukup kental. Puluhan ribu Aremania memadati stadion, begitupun dengan ratusan Jakmania yang hadir di kota Malang. Saya sendiri menjadi yang kurang beruntung, karena tak bisa menyaksikan langsung partai ini.

ujur sejak awal saya sudah sedikit khawatir begitu mengetahui bahwa wasit yang akan memimpin pertandingan Arema VS Persija ini adalah Viator Ambariita yang berasal dari Bandung, kenapa?semua Jakmania dan sebagian penikmat bola negeri ini pun paham bahwa rivalitas antara Jakarta dan Bandung sedemikian peliknya. Kekhawatiran yang memang selama 90 menit pertandingan ssedikit demi sedikit terbukti.

Dalam catatan saya ada beberapa keputusan wasit yang amat mempengaruhi jalannya pertandingan dan bahkan sangat kontroversial, berikut beberapa diantaranya :

1. Dimulai dari kartu kuning kedua (kartu merah) untuk Pierre Njanka di menit ke 16 babak ke 1. Kenapa kontroversial?karena sebelum wasit meniupkan peluit tanda Njanka melakukan pelanggaran terhadap pemain Arema sejujurnya disitu telah terjadi pelanggaran terlebih dahulu oleh pemain Arema, yaitu Handsball yang dilakukan oleh pemain Arema ketika berebut bola dengan Njanka. Disini wasit mencoba untuk tegas, tapi jujur terlalu ternburu-buru dan tidak pada tempatnya.

2. Handsball oleh pemain Arema di kotak pinalti Arema yang seharusnya menjadi pinalti untuk Persija, hanya dihadiahkan tendangan bebas untuk Persija. Kenapa wasit tak menanyakan kepada hakim garis terlebih dulu?

3. Dari beberapa kejadian dalam pertandingan ini tentunya kita sepakat yang paling aneh bin controversial adalah disahkanya gol kedua Arema yang dicetak oleh Brown. Baru kali ini saya melihat sosok pelatih Persija Danurwindo emosi dan marah, mungkin baru kali ini Om Danur protes ke wasit. Wajar karena memang insiden ini berawal dari cideranya Ponaryo yang membuat bola dibuang dan pertandingan terhenti, masalah muncul manakala bola yang memang harusnya menjadi bola Fair Play untuk Persija ternyata “dimanfaatkan” secara lick oleh Brown. Bola fair play itu seharusnya baru play on lagi ketika pemain lawan sudah memegang kembali bola. Tapi dalam kasus ini setelah lemparan kedalam, pemain Persija belum sedikitpun memegang bola.

4. Kartu merah kedua dalam pertandingan ini untuk Greg Nwokolo memang sangat tidak jelas bagi saya untuk menilai, karena saya hanya meyaksikan melalui televise, penasaran sayapun mencoba menghubungi beberapa rekan yang menyaksikan langsung di stadion Kanjuruhan, tapi mereka pun bilang bahwa kartu merah itu tidak jelas. Saya semakin yakin bahwa ini anaeh, manakala di layar TV melihat ekspresi dari Greg yang seolah bingung tentang apa yang dilakukan olehnya sehingga kartu merah itu keluar dari saku wasit sesaat ketika Persija menyamakan kedudukan 2-2 oleh Fabio Lopes.

Persija sudah punya jiwa ksatria dengan tidak Walk Out (WO), tapi akankah PSSI diam saja dengan “kelakuan” wasit seperti ini ? jika ingin membentuk SDM yang professional dan berkualitas seperti yang dicanangkan PSSI beberapa hari yang lalu, tentunya anda tidak akan diam kan?

Salut untuk seluruh punggawa tim Persija yang tetap dengan jiwa ksatria memutuskan untuk melanjutkan pertandingan meskipun “gila-gilaan”dikerjai wasitnya. Tim lain yang dikerjai oleh wasit seperti itu belum tentu memiliki jiwa ksatria yang lebih banyak memilih WO (Walk Out) dari pertandingan, sekali lagi saya salut untuk Persija. Salut juga untuk kedua kelompok supporter (Aremania-Jakmania) yang tetap tenang dan saling menghormati menyikapi jalannya pertandingan. Semoga kita mempertahankan kalau kita (Arema-Jakmania) adalah brotherhood selamanya.